Gelombang PHK di Depan Mata Juni 24, 2015
Posted by SANSINNO.COM in karyawan, pabrik', phk.Tags: gelombang, karyawan, krisis, manusia, phk
trackback
Kali ini ane mau bagi dikit nih tentang hal menari yg kemarin sempet ane baca dari kaskus..potingan ini original ane copas dari kaskus..yg posting di kaskus adalah bro furimansyah..menarik sekali bacaan ini..jadi ane coba sharing disini biar bermanfaat dan memberikan kita peringatan sebelum semuanya terjadi agar bisa ancang-ancang dari jauh hari..selamat membaca..
Home Nasional Tanda gelombang PHK sudah ada di depan mata
GELOMBANG PHK DI DEPAN MATA
Tanda gelombang PHK sudah ada di depan mata
Oleh : Andri Indradie, Merlina M. Barbara, Tedy Gumilar Dibaca : 2373 Kali
Kamis, 11 Juni 2015 10:05 WIB
Pemutusan hubungan kerja (PHK) sudah seperti gelombang tsunami. Makin lama, ukurannya semakin besar, pun menjadi-jadi. Jika dibiarkan, kita tahu kira-kira bagaimana dampaknya.
Ini kali, tanda-tandanya sudah di depan mata. Alasan yang paling disebut adalah program efisiensi perusahaan. Nah, PHK ini menghantui tak hanya satu sektor industri saja, tetapi banyak lini usaha sekaligus.
Penyebabnya? Menurut Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat, akumulasi atas beberapa faktor eksternal dan internal. Pertama, sisi eksternal. Tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Amerika sedang bagus. Seluruh mata uang Paman Sam dari penjuru dunia “pulang” ke negaranya, yaitu Amerika Serikat (AS).
Bersamaan dengan itu, harga minyak dunia justru menurun secara drastis, sampai di bawah US$ 50 per barel, dari semula di atas US$ 100 per barel. Dengan turunnya harga minyak, otomatis sektor manufaktur di seluruh dunia jadi bergerak melambat. Sebab, energi yang dibutuhkan industri manufaktur ikut-ikutan drop. China sebagai produsen terbesar industri manufaktur, merupakan salah satu negara yang paling terpukul.
Kedua, bersamaan dengan situasi tersebut, pemerintah kita mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di tengah turunnya harga minyak dunia. Pemerintah juga punya kebijakan mencabut subsidi BBM. Ya, kebijakan ini harus diambil karena Indonesia bukan lagi negara pengekspor minyak, melainkan pengimpor energi. Ini memang kebijakan terobosan selama 45 tahun terakhir yang efeknya bagus untuk jangka waktu panjang, berkisar 20 tahun–30 tahun ke depan.
Pemerintah juga punya kebijakan melarang industri tambang mengekspor bijih mentah. Ore alias bijih tambang wajib diolah di dalam negeri agar memberi nilai tambah sebesar-besarnya. Ada juga kebijakan energi lain, seperti mengerek tarif dasar listrik.
Faktor eksternal itu membuat negara kita, yang sangat tergantung dengan China, ikut terganggu ekonominya. Sementara faktor internal, kenaikan harga energi menjadi patokan atas naiknya bahan pokok. “Sehingga, dana masyarakat terkuras untuk memenuhi kebutuhan pokok dan BBM yang harganya makin meningkat,” ujar Ade.
Efek yang membuntuti, masyarakat tidak lagi membeli barang-barang bersifat sekunder seperti barang otomotif, tekstil, elektronik, sepatu, atau bahkan perumahan. Dari situlah dimulainya pengereman konsumsi di dalam negeri.
API mengadakan penelitian kecil di empat kecamatan di Kabupaten Bandung, yaitu Kecamatan Pacet, Kecamatan Ibun, Kecamatan Solokan Jeruk, dan Kecamatan Majalaya. Hasilnya, API mendapati hampir sekitar 6.300 karyawan tekstil sudah dirumahkan alias terkena PHK, di antaranya adalah mereka yang hanya bekerja dua hingga tiga hari seminggu.
Dari berbagai perusahaan yang merumahkan karyawan, sebagian besar terdiri dari usaha kecil menengah (UKM) seperti produsen sarung, sprei, maupun pakaian jadi. “Walaupun ini hanya sampling, tetapi dapat dipastikan hal yang sama juga terjadi terhadap semua pekerja di industri ini di seluruh Indonesia. Hanya saja, belum ada data pasti berapa banyak jumlahnya,” tegasnya.
Yang jelas, timpal Plt Direktur Jenderal Pengawas Kementerian Ketenagakerjaan Antiokus Mudjihandaya, perlu dipastikan dulu mana yang berhenti karena pensiun, karena kontrak kerjanya habis, atau memang efek efisiensi perusahaan.
Beberapa solusi
Yongky Susilo, Peneliti Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebut, saat ini pertumbuhan segala sektor usaha sudah minus. Demikian juga ritel. “Ritel modern yang selama ini menjadi drive pertumbuhan, volume growth sedang menuju 0%. Sekarang masih 2,6% dan masih turun terus,” kata Yongky.
• Elektronik
Ketua Gabungan Pengusaha Elektronik Ali Soebroto Oentaryo bilang, penjualan rata-rata di sektor usaha elektronik sudah anjlok antara 20%–40%. rentang turunnya penjualan itu berbeda-beda untuk setiap produk. Misalnya, mesin cuci drop 23%, televisi melorot 30%, dan sebagainya.
Tahun lalu, lanjut Ali, total penjualan di pasar barang-barang elektronik mencapai sekitar Rp 40 triliun. Nah, kalau penurunan di kisaran 20%–40%, artinya penjualan sektor bisnis elektronik menguap sekitar Rp 8 triliun–Rp 16 triliun tahun ini. “Sampai akhir tahun, penjualan kembali ke posisi nol saja sudah sangat bagus,” tegas Ali yang juga Presiden Direktur PT Panggung Electric Citrabuana, produsen barang-barang elektronik, perangkat optik, hingga furnitur elektronik.
Kata Ali, di kelompok gabungan pengusaha elektronik memang belum ada yang merumahkan karyawan. Hanya saja, hampir semua perusahaan sudah menerapkan efisiensi. Ini terjadi lantaran daya beli masyarakat memang anjlok yang ujung-ujungnya menahan permintaan dan memaksa perusahaan memangkas produksi.
Produsen seperti Polytron juga begitu. Santo Kadarusman, Public Relations and Marketing Event Manager PT Hartono Istana Teknologi, mengatakan, perusahaan terafiliasi Grup Djarum itu kini tidak menerima karyawan baru. “Tidak menambah armada atau gudang, berpromosi tergantung keperluan, dan hanya di kota atau daerah tertentu,” ujar dia.
• Tambang
Meski angka pasti berapa jumlah PHK di sektor tambang belum pasti, tapi Ketua Asosiasi Perusahaan Batubara Indonesia (APBI) Supriatna Suhala menyampaikan, gelombang PHK memang terjadi, terutama di perusahaan menengah ke bawah. Contohnya, di Provinsi Jambi. Awal tahun lalu, ada 30 perusahaan batubara. Sekarang, tinggal dua perusahaan. “Jelas, banyak pekerja yang di-PHK karena perusahaan tutup,” tegas Supriatna.
Total penurunan produksi di industri batubara mencapai 15% dengan penjualan ambles 2,32% dan makin melandai. Dua tahun lalu, pendapatan perusahaan tambang kecil rata-rata bisa Rp 430 juta setahun. Tahun ini, sepertinya akan menurun drastis. Sebab, harga komoditas batubara sudah tak lagi kompetitif.
Supriatna menambahkan, bisnis kontraktor paling berat. Pasalnya, perusahaan kontraktor sudah terikat investasi alat-alat berat. Sementara perusahaan tambang lebih sedikit mujur karena begitu harga batubara anjlok, dia tinggal menutup usaha. APBI pernah menyebut, total PHK karyawan di sektor ini sudah 400.000–500.000 orang dari total 1 juta pekerja.
• Tekstil
Hampir sama dengan industri lainnya, gelombang PHK di sektor usaha ini lebih banyak menyerang usaha menengah kecil. Total potensi PHK di sektor ini mencapai 50.000 karyawan hingga akhir tahun ini. Sementara perusahaan besar cenderung lebih aman lantaran proyek terus mengalir. Contohnya, PT Pan Brothers Tbk.
Kata Vice President Director Pan Brothers Anne Patricia Sutanto, 99% pasar Pan Brothers masih ekspor. Sehingga, justru di saat inilah proyek mengalir deras, khususnya pesanan merek-merek kelas atas untuk produk musim gugur dan musim dingin. Usaha menegah kecil sangat rentan karena di samping minim permintaan, orderan juga tak selalu ada. Asosiasi Persepatuan Indonesia menyebut total PHK karyawan di sektor usaha sepatu mencapai 11.000-an orang hingga kini.
• Otomotif
Situasi yang sama suramnya membayangi sektor otomotif. Dari perusahaan skala kecil hingga produsen kelas nasional, terpaksa efisiensi. Ini terjadi hampir di sebagian besar lini Grup Astra, terutama otomotif. Aloysius Budi Santoso, Chief Corporate Human Capital Development PT Astra International Tbk bilang, sampai saat ini Grup Astra belum merasa perlu merumahkan karyawan. “Walaupun demikian, kami harus terus meningkatkan efisiensi karena total pasar turun (shrinkage). Sehingga, produksi kita juga turun walaupun market share meningkat,” ujarnya ke KONTAN, Rabu (3/6).
Astra Honda Motor (AHM) adalah salah satu perusahaan anak Grup Astra yang sudah memangkas jam operasional di hari Sabtu dan Minggu. Executive Vice President Director AHM Johanes Loman bercerita, di saat penjualan tinggi, hari Sabtu dan Minggu biasanya dipakai untuk produksi. Sekarang tidak lagi. Bulan Januari–April lalu, penjualan AHM turun 21% dibandingkan tahun sebelumnya atau merosot dari 2,71 juta menjadi 2,14 juta motor.
Pemberhentian kerja juga terjadi di sektor jasa, bahkan di industri perbankan. Misalnya, PT Bank CIMB Niaga Tbk yang sudah menyilakan karyawannya sukarela mengundurkan diri. Sementara jasa tenaga alih daya (outsourching) juga cukup terpukul. Banyak perusahaan pemakai jasa memutus kontrak kerjasama.
Bagaimana solusinya? Pemerintah bisa mewajibkan ke Badan Usaha Milik Negara agar membeli produk-produk lokal. Lalu, anggaran dana desa Rp 1 miliar–Rp 1,5 miliar harus mengucur. Solusi lainnya, penurunan tarif listrik. “Tugas pemerintah menggelontorkan uang ke kelas menengah ke bawah,” cetus Yongky.
Laporan Utama
Mingguan Kontan No. 37-XIX, 2015
http://m.kontan.co.id/news/tanda-gelombang-phk-sudah-ada-di-depan-mata
Be prepared gan.
Nampaknya kondisi ekonomi sudah mulai goyah.
Jaman susah
Nah..sekarang sampean tau kan kenapa penjualan motor menurun..kenapa daya beli masyarakat berkurang..semoga kita bisa memprepare diri kita lebih awal ya bro..khusunya yang karyawan macam ana..supaya siap sebelum semua terjadi.
Salam dari kota 😛 kalo gunung punya mang peysblog 😀
Sumber : Kaskus
Contact Me : sanasininongkrong@yahoo.com
Other Post :
- Fungsi Lain dari Spion yang Tidak Banyak diketahui oleh Para Biker
- Eeebusyeet..Gimana Ceritanya MT-25 dikira Vixion
- Tampak Depan Terlihat Jelas New CB150R Lebih Gambot dari pada Vixion Advance..!!
- Gimana Perasaan Sampean Kalo Motor Semahal Ini Kerendem Banjir..??
- Desain Special Helm Rossi di Misano 2015
- Yamaha MT-25 Pake Kaki-Kaki Moge..Makin Gambot aja..!!
- Penampakan New CB150R yang Udah di Lepas Spakbor Belakangnya..Semakin Runcing Boss itu Buntut..!!
- Topeng Bima Satria Garuda Ternyata Cakep Juga Kalo dipasang di Headlamp Vixion
- Nih Penampakan New CB150R yang Udah Pake Undercrowl
- New CB150R Sudah Sampe ke Tangan Konsumen
Iye.. Sekrang ane juga tau kenapa nyari kerja susahnya minta ampun…
karena yang ada pun pada di rumahin bro..
prihatin mang
iya mang prihatin saya juga…hee
wah sdh mulai terasa ya dampak krisis ekonomi global….ulasan yang menarik dan juga memprihatinkan…
miriss broooo…..
ijin share artikelnya ya..
Salah pilih presiden kah…??
silahkan di simpulkan sendiri..hee
ini global kok…tapi memang cara penanganan di masing2 negara mencerminkan kualitas pemimpinnya
[…] dan tantu saja membebaskan diri dari belenggu krisis ekonomi. Membaca artikelnya om Andrian di sansinno.com, YHT jadi tergelitik untuk share […]
Well paket kebijakan pemerintah paling berperan penting lesunya industri, permodalan dan daya beli rakyat.
kebijakannya kebanyakan trial and error bahkan sering maksa, target pajak naik seenak udele pajak dimana-mana, kebijakan kenaikan TDL industri, bahan bakar yang sifatnya yoyo dan paket kebijakan ekonomi yang ga jelas. Jadi segencar-gencarnya bangun infrastruktur tapi kalo paket kebijakan ga menstimulus ya percuma.
planing pemerintah sekarang tedjo om
Setuju deh sama kamu :v
bener juga bro….